Friday, February 24, 2017

Al-’Afuww

Asma ul-Husna ke-82

Al-’Afuww ertinya Allah Maha Pemaaf, Zat yang Maha Memberi Maaf sebagaimana firmanNya bermaksud:

Maka mereka (yang demikian sifatnya), mudah-mudahan Allah maafkan mereka. Dan (ingatlah), Allah Maha Pemaaf, lagi Maha Pengampun.
(An-Nisaa’:99)

Maha Pemaaf

Al-’Afuww berasal dari akar kata ’afuw dan membuka beberapa pengertian. Ketika ianya digunakan sebagai kata kerja, ia bererti pergi ke sesuatu untuk menerima sesuatu, memberi tanpa diminta, menambah, menyapu.

Sebagai kata benda, ia bererti penghapusan dosa-dosa secara menyeluruh. Siapapun boleh berdoa dan berkata : Tuhan, aku memohon kepadaMu untuk memberiku afuw dan afiya yakni jangan menghukumku kerana dosa-dosaku dan menjadikanku aman dan terlindung dari siksaMu.

Al-’Afuww telah membuang, dengan rahmatNya, kegelapan dari jiwa-jiwa, yang lari dari jalan lurus dan dari kesunyian kealphaan dari hati-hati melalui keagunganNya. JugaDia menghapus dosa-dosa dan menggantinya dengan ganjaran yang baik.

Al-’Afuww mengikis habis jejak-jejak dosa, menghilangkan mereka dengan hembusan angin ampunanNya. Iamengikis habis dosa-dosa dari catatan-catatan yang dipelihara oleh para malaikat penjagaNya. Bahkan Dia memupus habis dari para malaikat ingatan-ingatan dan ingatan dari melakukan dosa-dosa. Dia Maha Pemurah ketika Dia memaafkan. Dia melindungi hati dari pelaku kejahatan terhadap kesunyian, menyelamatkannya daei perasaan malu, dan Dia tidak mengingatkannya akan kejahatan dari apa yang ia telah lakukan.

Gemar memberi maaf dan bertolak ansur

Merujuk kepada perkara ini, maka sifat manusia yang kelapanpuluh dua dengan bercermin pada Asma ul-Husna ialah gemar memberi maaf dan bertolak ansur.

Rasulullah saw sentiasa memerintahkan kepadakita untuk menghapuskan perbuatan buruk kita dengan perbuatan baik dengan mengatakan : Takutlah kepada Allah di manapun engkau berada dan ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik untuk menghapus yang pertama dan perlakukanlah manusia dengan sebaik-baiknya perilaku.

Rasulullah saw berkata kepada salah seorang bapa saudaranya, Wahai Abbas, mintalah kepada Allah ’afuw dan ’afiya semasa kehidupan dunia ini dan untuk kehidupan dunia yang akan datang.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib meminta kepada salah seorang pelayannya namun ia tidak mendengar. Ia mengulangi panggilannya dan kembali si pelayan tak mendengarkan panggilannya. Kemudian ia mengulangi panggilan untuk yang ketiga kalinya dan kembali tidak ada jawapan. Akhirnya Ali berdiri dan mencarinya. Ali mendapatkannya sedang berbaring. Beliau bertanya kepadanya: Apakah engkau mendengar panggilanku?. Ia menjawab: Ya, aku mendengar. Ali bertanya kepadanya. Lalu, apa yang mencegahmu dari menjawab panggilanku. Ia menjawab: Keyakinanku pada kemurahanmu dan kepercayaanku pada ampunanmu. Ali berkata: Aku membebaskanmu demi keredhaan Allah. Ali berbuat demikan kerana keyakinan kuat di pihak pelayan itu.

Barangsiapa ingin menerima sekilas cahaya yang diilhami oleh sifat ini, pertama-tama harus memaafkan orang-orang yang telah berbuat jahat kepadanya atau memperlakukannya secara zalim. Barangsiapa ingat sifat ini semestinya menghalau perasaan buruk apa pun terhadap seseorang dari hatinya yang telah berbuat jahat kepadanya dan memperlakukannya dengan baik orang-orang yang berlaku salah kepadanya.

Wallahu ’alam

Adil Akhyar
Kehebatan berzikir dengan Asma ul-Husna
Pustaka Azhar, 2010

No comments:

Post a Comment