Saturday, January 12, 2013

Bulan Tahun Masehi


Asal usul nama-nama

Dalam sistem penanggalan kalender Masehi atau Gregorian, satu tahun terdiri dari dua belas bulan. Hubungan antara kalender Masehi dengan kepercayaan paganisme (kepercayaan menyembah patung atau dewa) bangsa Romawi Kuno boleh dilihat dari nama-nama yang dipergunakan.

Penyebutan nama-nama bulan dipersembahkan untuk menghormati para dewa dan sebagai tanda untuk memuja dewa-dewa tertentu. Perlu diketahui bahwa  kalendar Masehi sudah beberapa kali mengalami perubahan, penambahan dan penyempurnaan kerana pada awalnya kalender  tersebut berasal dari kalendar Romawi yang hanya mengenal sepuluh bulan dalam setahun, awal tahun baru dimulai pada bulan Maret.

Hal ini berkaitan erat dengan musim dan pengaruhnya kepada tata kehidupan masyarakat di Eropa. Bulan Maret (tepatnya 21 Maret) adalah permulaan musim panas (equinox musim panas). Awal musim panas disambut dengan perayaan sukacita kerana dipandang sebagai bermulanya kehidupan baru, setelah selama 3 bulan mengalami musim dingin. Jadi, kedatangan musim panas ini dirayakan sebagai perayaan tahun  baru setiap tahun. Jadi secara kronologi kita tidak boleh menyamakan persamaan antara tanggal di masa lalu dengan di masa sekarang. Tanggal 1 Januari di zaman Julius Caesar tentu berbeza kronologisnya di zaman sekarang.

Januari, merupakan bulan pertama dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewa Janus, dewa bermuka dua, yang satu menghadap ke depan dan yang satunya menghadap ke belakang. Dewa Janus disebut sebagai Dewa Pintu.

Februari, merupakan bulan kedua dalam tahun Masehi. Berasal dari nama dewa Februs, Dewa Penyucian.

Maret, merupakan bulan ketiga dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewa Mars, Dewa Perang. Pada mulanya, Maret merupakan bulan pertama dalam kalendar Romawi, lalu pada tahun 45 SM, Julius Caesar menambahkan bulan Januari dan Februari di depannya sehingga menjadi bulan ketiga.

April, merupakan bulan keempat dalam tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Aprilis, atau dalam bahasa Latin disebut juga Aperire yang bererti membuka. Diduga kuat sebutan ini berkaitan dengan musim bunga di mana kelopak bunga mulai membuka. Juga diyakini sebagai nama lain dari Dewi Aphrodite atau Apru, Dewi Cinta orang Romawi.

Mei, merupakan bulan kelima dalam kalendar Masehi. Berasal dari Dewi Kesuburan Bangsa Romawi, Dewi Maia.

Juni, merupakan bulan keenam dari tahun Masehi. Berasal dari nama Dewi Juno.

Juli, merupakan bulan ketujuh dari tahun Masehi. Di bulan ini, Julius Caesar lahir, sebab itu dinamakan sebagai bulan Juli. Sebelumnya bulan Juli disebut sebagai Quintrilis, yang berarti bulan kelima dalam bahasa Latin. Hal ini kerana kalendar Romawi pada awalnya menempatkan Maret sebagai bulan pertama.

Agustus, merupakan bulan kelapan dalam kalendar Masehi. Seperti juga nama bulan Juli yang berasal dari nama Julius Caesar, maka bulan Agustus berasal dari nama kaisar Romawi, iaitu Agustus. Pada awalnya, ketika Maret masih menjadi bulan pertama, Maret menjadi bulan keenam dengan sebutan Sextilis.

September, merupakan bulan kesembilan dari tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Septem, yang bererti tujuh. September pada awalnya merupakan bulan ketujuh dalam kalender Romawi.

Oktober, sama seperti September, tidak mengalami perubahan nama ketika terjadi pergeseran. Bulan Oktober berasal dari kata octo yang bererti delapan (dalam bahasa latin).

November, merupakan bulan kesebelas dari tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Novem, yang bererti sembilan. November merupakan bulan kesembilan dalam kalender Romawi.

Desember, merupakan bulan keduabelas atau bulan terakhir dari tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Decem, yang bererti sepuluh. Desember pada awalnya merupakan bulan kesepuluh dalam kalender Romawi.

Dari penyembutan nama-nama bulan tersebut, kita menjadi tahu bahwa orang-orang zaman dahulu sebenarnya tidak mengenal konsep tahun, walaupun sudah mengenal penanggalan. Maka sesungguhnya bukan waktu, tanggal bulan atau tahun yang penting tapi bagaimana kita menyingkap waktu yang kita lalui.

Bukan kegembiraan dengan pesta atau kemeriahan di tahun baru yang kita tunggu yang membuat momentum tahun baru sepertinya menjadi lebih istimewa kerana pada hakikatnya pergantian tahun tidak lebih dari sebuah garis batas untuk mengingatkan kita akan batas waktu yang akan segera berakhir untuk digantikan dengan periode masa selanjutnya.

Wallaahu a’lam.

Buletin Mufti, ms 18  Bil 1/2012
Jabatan Mufti Negeri Kelantan 

No comments:

Post a Comment