Friday, September 26, 2014

Mi’raj

Diriwayatkan bahwa peristiwa Mi’raj terjadi, kerana di antara langit dan bumi terjadi pertengkaran dan bangga membanggakan diri satu terhadap yang lain.

Berkata bumi kepada langit: Aku lebih mulia daripadamu, kerana Allah telah menghiasku dengan kota-kota, laut-laut, sungai-sungai, pohon-pohon, gunung-gunung dan lain-lain.
Langit menjawab dan berkata: Aku lebih mulia daripada engkau, kerana di tempatku terdapat matahari, bulan, bintang-bintang, Aresy, Kursi dan syurga. Berkata si bumi : Di atas daratanku terdapat rumah suci yang diziarahi dan ditawafi oleh para nabi, para rasul, para wali dan para orang mu’min.

Langit menjawab: Di tempatku terdapat Albaitul Ma’mur, yang ditawafi oleh para malaikat di langit dan terdapat syurga yang menjadi tempat bersemayamnya roh-roh para nabi, para rasul, para wali dan para orang soleh. Berkata si bumi: Nabi Muhammad rasul utama, penutup nabi-nabi, kekasih Rabbil Alameen serta makhluk yang paling afdhal dilahirkan serta menyebarkan syari’atnya di atas pangkuanku.

Mendengar kata-kata bumi terakhir ini si langit tidak dapat menjawab dan bermohon kepada Allah agar diberinya kehormatan dan kemuliaan sebagaimana telah diberikannya kepada bumi dengan menaikkan (memi’rajkan) nabi Muhammad ke langit. Allah lalu meluluskan permohonannya itu dan pada malam keduapuluh tujuh bulan Rejab diperintahnyalah Jibril pergi ke nabi Muhammad dengan seekor bouraq dari syurga.

Dari empatpuluh ribu ekor bouraq yang berkeliaran di taman-taman syurga, Jibril melihat seekor yang menyendiri, menangis mencucurkan air mata. Jibril bertanya kepadanya: Kenapa dan gerangan apa yang menjadikan engkau menangis? Si bouraq menjawab: Sejak aku mendengar nama Muhammad empat puluh ribu tahun yang lalu, tertanamlah di dalam hatiku cinta yang mendalam kepada pemilik nama itu sehingga menyebabkan aku tidak merasakan kebutuhan makan maupun minum. Dan berkatalah Jibril kepadanya: aku akan membawamu kepada makhluk yang sangat engakau cintai itu, lalu diberinya pelana dan kekang dan dibawanyalah ia sesuai dengan perintah Allah kepada nabi Muhammad saw.

Wallahu ’alam

H.Salim Bahreisy
Bekal Juru Da’wah Jilid 1
Surabaya, 1977

No comments:

Post a Comment