Pelajaran ke-18
Berkata Muhammad bin Ishak, berdasarkan keterangan beberapa ulama dalam
kitab terdahulu bahawa dari percampuran Adam dan Hawa di syurga sebelum mereka
melakukan dosa (memakan buah terlarang) lahirlah Gabil dan adik perempuannya
yang selama dikandungnya Hawa tidak merasakan sakit atau kelainan yang biasa
dirasakan oleh perempuan-perempuan yang hamil.
Akan tetapi setelah mereka berada di bumi dan mengandung Habil bersama adik
perempuannya. Hawa mengalami apa yang selalu dialami oleh perempuan hamil di
waktu hamilnya maupun di waktu melahirkannya. Di waktu itu seorang dapat saja
menikah dengan saudara sekandungnya asalkan bukan sekembarnya.
Maka setelah Gabil dan Habil menjadi dewasa atas perintah Tuhan
dinikahkanlah Gabil dengan Yudha adik Habil dan Habil dengan Iglima, adik
Gabil. Dan karena Iglima lebih cantik dari Yudha maka Habil merasa puas sedang
Gabil merasa jengkel sambil berkata: Iglima adalah adik kandungku dan aku lebih
berhak dari Habil untuk menikahinya, ditambah lagi, kami adalah anak-anak
kelahiran syurga sedang Habil adalah kelahiran bumi, demikianlah kisahnya
(Tafsir Alkhazin).
Disebut dalam beberapa ceritera, bahwa Siti Hawa telah melahirkan untuk
Adam pada tiap-tiap kandungan seorang laki dan seorang perempuan, sehingga
dalam duapuluh kandungan Hawa telah melahirkan empat puluh anak, pertama Gabil
dan kembarnya Iglima dan akhirnya Abdul-Mughith dan kembarnya Amatul-Mughith.
Menurut Ibnu Abbas ra bahwa anak-anak dan cucu-cucu nabi Adam waktu hari
wafatnya telah mencapai bilangan empat puluh ribu jiwa.
Terdapat khilaf tentang kelahiran Gabil dan Habil. Sebahagian para ahli
tafsir berpendapat bahwa lahirnya Gabil dan Habil seratus tahun setelah Adam
dan Hawa diturunkan ke bumi (Tafsir Al-khazin)
Wallahu ’alam
H.Salim Bahreisy
Bekal Juru Da’wah Jilid 1
Surabaya, 1977
No comments:
Post a Comment