Friday, May 29, 2015

Musola desa

Subuh menghantarnya pulang
ke lorong nostalgia
ke sebuah musola tua

Di sini
dia belajar mengangkat wuduk
dan membentang sejadah
seperti mana air di kolah
itu berkecipak
begitulah jiwanya berkocak
pada setiap subuh remajanya
di sepanjang alam desanya.

Udara desa yang kelabu
melepaskannya ke sebuah kota
di tengah-tengah nadi kota
di celah-celah urat remaja
dia membesar dan dewasa.

Berbekalkan dengungan
nasyid yang diunggulinya
dia menjual suara
hingga mencipta nama
dunia ciptaannya
dunia glamor yang rapoh
mudah tergelincir dan hanyut.

Empat musim berlalu
seorang lelaki separuh usia
kembali ke kolah musola desanya
membasuh luka dan dosa
sujud memohon keampunanNya.

Di sebuah musola desa
dia kembali mengabdikan diri
seperti di zaman remajanya.

Razali Mohd Yusoff
Batu Gajah
BH, 1 Mei 2015

No comments:

Post a Comment