Wednesday, August 17, 2011

Pelajaran ke 41 - 45

Pelajaran ke empat puluh satu: Ghibah

Ghibah atau menggosip adalah mengatakan sesuatu yang tidak ada pada diri seseorang dengan maksud untuk menjelekkannya atau mencari kekurangannya, di mana apabila orang tersebut mendengar perkataannya ini, dia tidak akan senang, bahkan akan merasa sedih dan tidak rela dengan perkataan tersebut.
Baik apa yang dikatakan kepadanya tersebut merupakan kekurangannya yang terdapat di tubuhnya, keturunannya, sifatnya, perbuatannya ataupun perkataannya, ataupun pada segala sesuatu yang berhubungan atau berkaitan dengannya.
Sebagaimana dikatakan dalam hadis Rasulullah Saw, belaiu bersabda: Apakah kalian tahu apakah ghibah itu? Mereka menjawab: Ya Rasulullah, Allah dan Utusan Nya Saw lah yang lebih mengetahuinya!. Beliau bersabda: "Ghibah ialah: seseorang menyebut-nyebut saudaranya dengan sesuatu yang akan membuatnya tidak senang". Salah seorang dari mereka bertanya" Ya Rasulullah apabila sifat tersebut betul-betul ada bersamanya, apakah hal ini tetap merupakan suatu keburukan?" Beliau menjawab: "Apabila kekurangan tersebut ada padanya maka hal ini merupakan ghibah, dan apabila tidak ada padanya maka hal ini merupakan fitnah" .
Dan tidak ada perbedaan antara ghibah yang dilakukan dengan sindiran atau yang langsung, bahkan bisa jadi sindiran itu lebih buruk, dan pendengar ghibah berada dalam hukum pelaku ghibah.
Ketahuilah bahwa ghibah merupakan paling besarnya bahaya, dan menurut pendapat semua ulama Islam dan sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam kitab dan sunnah, hal ini merupakan perbuatan yang telah jelas keharamannya.
Dari hadis yang begitu banyak dapat difahami bahwa ghibah itu lebih buruk dari pada berzina . Dan ghibah akan memakan kebaikan yang ada sebagaimana api membakar kayu . Allah SWT tidak akan mengabulkan solat dan puasa pelaku ghibah hingga empat puluh hari empat puluh malam.
Begitu banyak hadis-hadis yang menjelaskan betapa tercelanya perbuatan ini. Dan penyakit yang sangat berbahaya ini tidak akan bisa sembuh kecuali dengan merujuk kepada ayat-ayat dan hadis-hadis yang mencela perbuatan ini.
Kemudian fikirkanlah dan bertafakkurlah dalam masalah ini bahawa apabila seseorang melakukan ghibah atasmu di sampingmu, apakah engkau tidak akan kecewa dan marah? Sebagaimana engkau tidak akan rela untuk dirimu sendiri dalam hal yang tidak engkau sukai. Hendaklah engkau memperhatikan apa-apa yang engkau ucapkan dan berfikir dalam percakapan. Sumber ghibah itu biasanya muncul dalam bentuk kemarahan, perpecahan, sindiran, hasad, candaan murni, lelucon atau dengan maksud mengejek, mencemoh, bangga dan semisalnya.
Pelajaran ke empat puluh dua: Bohong

Ayat-ayat dan hadis-hadis yang menyebutkan tentang keburukan dari sifat ini begitu banyak. Dalam salah satu hadis Rasulullah Saw bersabda: Setiap kali para mukmin berkata bohong tanpa adanya halangan syar'i, maka tujuh puluh ribu malaikat akan melaknatnya dan akan keluar bau yang sangat busuk dari hatinya dan dalam keadaan seperti itulah dia akan naik ke atas hingga sampai ke arsy Ilahi. Maka akan dilaknatlah dia oleh para penjaga 'arsy. Allah SWT iaitu dengan perantaraan satu kebohongan ini, akan menuliskan tujuh puluh zina atasnya dimana paling rendahnya zina tersebut adalah seperti melakukan zina dengan ibunya sendiri.
Dari hadis  yang lainnya dapat difahami bahwa pembohong tidak mempunyai iman, dan wajahnya berwarna hitam . Berbohong itu lebih jelek dari meminum minuman keras .
Bohong merupakan kunci sebuah rumah di mana seluruh keburukan berada di dalamnya . Dan bohong merupakan paling buruknya riba, mewariskan fakir dan lupa dan mengambil wajah insaniyah pelakunya . Para pembohong akan diazab dengan azab yang khusus di dalam kuburnya .
Pembohong mempunyai kelembutan hati yang lebih sedikt dibanding segala makhluk yang ada , dan masih begitu banyak lagi kalimat-kalimat yang menjelaskan tentang keburukan dari berkata-kata bohong.
Cara untuk melepaskan diri dari keburukan ini adalah dengan merujuk kepada ayat-ayat dan hadis-hadis yang mencela perbuatan tesebut. Di samping itu juga hendaknya berfikir bahawa berbohong akan menyebabkan kematian yang abadi dan akan menyebabkan hilangnya rasa malu seseorang, kehinaan dan sumber dari jatuhnya harga diri serta kepercayaan.
Cukuplah dalam sebab-sebab ketiadaan rasa malu dengan apa yang telah dikatakan dalam hadis di mana Allah Ta'ala meletakkan penyakit lupa pada pelakunya . Persoalan ini telah sampai pada pengalaman di mana dalam perumpamaan globalnya dikatakan bahwa pembohong tidak mempunyai ingatan.
Ketahuilah bahawa berkata bohong sebagaimana sabetan pedang, apabila terdapat luka kerananya maka luka tersebut akan tetap meninggalkan bekasnya. Kerana saudara-saudara Yusuf As menampakkan aib kebohongannya maka tidak ada kepercayaan dalam perkataan mereka yang benar.
Allah SWT berfirman: " Ya'kub berkata: "Sesungguhnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (buruk ) itu, maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku"
Dan ketahuilah, bahawa lawan dari berbohong adalah jujur dan berkata benar. Hal ini merupakan sifat yang baik dan merupakan pemimpin akhlak yang terpuji. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayatnya: "Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar"

Dari Hadhrat Shadiq As diriwayatkan bahawa beliau berkata "Janganlah engkau melihat seseorang pada lama dan panjangnya rukuk serta sujudnya, kerana biasa jadi hal itu dia lakukan kerana kebiasaannya yang apabila dia meninggalkannya, dia akan merasa tidak nyaman. Tetapi lihatlah seseorang itu pada benar tidaknya perkataannya dan bagaimana dia mengembalikan amanat yang berada di tangannya" .
Pelajaran ke empat puluh tiga: Bahaya lisan

Tidak disangkal lagi mengenai banyaknya bahaya akibat dari melakukan ghibah, fitnah, bohong, mencemoh, berdebat, riya, melawak, ikut campur dalam percakapan, kata-kata kasar dan sebagainya. Dan semua itu merupakan kerusakan dan keburukan yang bersumber dari lisan. Bahaya yang timbul dari anggota badan yang satu ini bagi seluruh anggota badan seseorang, sangat banyak dan bermacam-macam.
Lisan merupakan alat dan saranan yang paling ampuh bagi syaitan untuk menyesatkan bani Adam dan umat manusia. Syaitan tidak tinggal diam dan sentiasa berusaha menyeret manusia ke dalam kesesatan dan kehancuran dengan berbagai usaha dan saranan, di antaranya adalah dengan jalan lisan manusia.
Dalam hadis  Nabawi Saw telah diriwayatkan baahwa satu alat yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka jahanam adalah lisan dan kemaluannya . Di dalam riwayat lainnya beliau bersabda bahawa barang siapa yang terjaga dari keburukan perut, kemaluan dan lisannya, maka sesungguhnya dia telah terjaga dari seluruh keburukan.
Di dalam sebuah riwayat Hadhrat Imam Ja'far As berkata  bahawa tidak ada satu hari pun kecuali pada hari itu setiap anggota badan mampu bercakap dan berkata kepada manusia: aku bersumpah kepada Allah, janganlah engkau jatuhkan kami ke dalam azab.
Dalam riwayat lainnya setiap anggota badan itu berkata: takutlah kepada Allah dalam hak kami, kerana apabila kamu benar mengatakannya, maka kamipun akan mengatakannya dengan benar, dan apabila kamu menyimpang, maka kami semua akan menyimpang.

Ketahuilah bahawa kebanyakan dari kesulitan-kesulitan dan kerusakan duniawi itu bersumber dari lisan. Sedangkan lawan dari keburukan lisan adalah diam dan tidak brcakap apa-apa. Diam merupakan hiasan bagi para alim dan tirai bagi para jahil. Kerana diam merupakan sebuah pintu dari pintu-pintu hikmah.
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis: Barang siapa yang diam, maka sesungguhnya dia telah terselamatkan. Dalam sebuah wasiat, Lukman al-Hakim berkata kepada putranya: Apabila engkau banyak memberi nasihat, maka ucapanmu itu adalah perak. Ketahuilah bahwa diam adalah emas.

Oleh karena itu wahai saudaraku yang mulia, biasakanlah dirimu sebisa mungkin untuk sentiasa diam. Janganlah engklau meremehkan faedah yang terkandung di dalamnya. Ketahuilah bahawa orang-orang yang dungu itu bukanlah mereka yang diam. Apabila engkau diam dan mengetahui maslahat darinya, maka engkau bukan termasuk orang yang dungu. Justru di sinilah letak kebijaksanaanmu.
Pelajaran ke empat puluh empat: Huburriyasah ( Cinta kekuasaan )

Hakikat kekuasaan adalah memegang tampuk kepemimpinan kalbu rakyat dan menjadikan dirinya sebagai pemilik hati mereka. Hal ini tidak kosong dari berbagai bahaya yang sangat fatal.
Persoalan kekuasaan dapat menyebabkan keburukan dan kerusakan yang teramat besar serta akan menghasilkan kerugian duniawi dan ukhrawi. Hal itu akan terjadi apabila pemilik kekuasaan dan pangkat mengarahkan sasarannya untuk memaksa orang-orang yang keras kepala dan sentiasa takut terhadap hina dan kemuliaan dirinya, setiap saat fikirannya akan sentiasa berada dalam cengkeraman fikiran yang batil.
Penguasa semacam itu dari satu sisi, otak dan fikirannya disibukkan dengan berbagai aturan, undang-undang dan kewajiban-kewajiban yang harus dia susun untuk para budak dan pengikutnya, dan pada saat yang lain pikirannya disibukkan bagaimana cara menumpuk kekayaan kebendaan  sebanyak-banyaknya dan memperoleh reputasi di mata masyarakat setinggi-tingginya.
Waktu-waktunya sentiasa diisi dan dihiasi dengan basa-basi dan penyambutan yang tanpa henti, dan umurnya dihabiskan untuk melakukan nifak di sana-sini. Dia tidak dapat tidur pada malam hari dan tidak pula beristirehat dan tenang pada siang hari. Wal 'iyadzu Billah……
Pelajaran ke empat puluh lima: Khumul ( Tak ingin dikenal )

Khumul -salah satu cabang dari sifat zuhud- merupakan sifat terpuji para muqarrab mukmin dan merupakan indikasi calon-calon penghuni surga. Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang memiliki sifat seperti ini. Bahkan pada sebahagian riwayat (di dalam hadis qudsi) dikatakan bahwa Allah SWT berfirman: "Tidakkah Aku telah memberikan nikmat kepadamu, tidakkah Aku telah menutupimu di antara manusia dan tidakkah namamu telah Ku hilangkan dari kalangan manusia?".
Adakah kedudukan yang lebih tinggi dari seseorang yang telah mengenal Tuhannya dengan baik, mencukupkan dirinya di dunia ini dengan sesuatu yang sedikit, sementara tidak seorangpun yang mengenalnya. Begitu malam tiba setelah selesai melakukan ibadahnya, dia beristirehat dengan perasaan yang tenang dan damai, dan begitu matahari telah menyebulkan dirinya, dengan konsentrasi penuh dia menyibukkan diri dalam aktiviti sehariannya.
Kerana inilah, maka sebagian para pembesar agama dan salafus-shalihin membuat kamar khusus untuk dirinya. Di sudut kamar itulah mereka sibuk mendekatkan diri dan bermunajat kepada Sang Kekasih Sejati, sibuk menghitung-hitung aib diri mereka dan menyembunyikan namanya dari pandangan masyarakatnya. Mereka sama sekali tidak mengharapkan acungan jempol dari siapapun selain kekasihnya itu.
Bohong dalam berbicara merupakan sebuah sifat yang dapat membuat pelakunya menjadi orang yang rendah, hina, tanpa malu dan tidak dipercaya lagi. Hal ini merupakan modal dari perbuatan, harga diri dan hitamnya wajah di dunia dan di akhirat.

No comments:

Post a Comment