Asma ul-Husna ke-82
Al-’Afuww ertinya Allah Maha Pemaaf, Zat yang Maha Memberi Maaf sebagaimana
firmanNya bermaksud:
Maka mereka (yang demikian
sifatnya), mudah-mudahan Allah maafkan mereka. Dan (ingatlah), Allah Maha
Pemaaf, lagi Maha Pengampun.
(An-Nisaa’:99)
Maha Pemaaf
Al-’Afuww berasal dari akar kata ’afuw dan membuka beberapa pengertian.
Ketika ianya digunakan sebagai kata kerja, ia bererti pergi ke sesuatu untuk
menerima sesuatu, memberi tanpa diminta, menambah, menyapu.
Sebagai kata benda, ia bererti penghapusan dosa-dosa secara menyeluruh.
Siapapun boleh berdoa dan berkata : Tuhan, aku memohon kepadaMu untuk memberiku
afuw dan afiya yakni jangan menghukumku kerana dosa-dosaku dan menjadikanku
aman dan terlindung dari siksaMu.
Al-’Afuww telah membuang, dengan rahmatNya, kegelapan dari jiwa-jiwa, yang
lari dari jalan lurus dan dari kesunyian kealphaan dari hati-hati melalui
keagunganNya. JugaDia menghapus dosa-dosa dan menggantinya dengan ganjaran yang
baik.
Al-’Afuww mengikis habis jejak-jejak dosa, menghilangkan mereka dengan
hembusan angin ampunanNya. Iamengikis habis dosa-dosa dari catatan-catatan yang
dipelihara oleh para malaikat penjagaNya. Bahkan Dia memupus habis dari para
malaikat ingatan-ingatan dan ingatan dari melakukan dosa-dosa. Dia Maha Pemurah
ketika Dia memaafkan. Dia melindungi hati dari pelaku kejahatan terhadap
kesunyian, menyelamatkannya daei perasaan malu, dan Dia tidak mengingatkannya
akan kejahatan dari apa yang ia telah lakukan.
Gemar memberi maaf
dan bertolak ansur
Merujuk kepada perkara ini, maka sifat manusia yang kelapanpuluh dua dengan
bercermin pada Asma ul-Husna ialah gemar memberi maaf dan bertolak ansur.
Rasulullah saw sentiasa memerintahkan kepadakita untuk menghapuskan
perbuatan buruk kita dengan perbuatan baik dengan mengatakan : Takutlah kepada Allah di manapun engkau
berada dan ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik untuk menghapus
yang pertama dan perlakukanlah manusia dengan sebaik-baiknya perilaku.
Rasulullah saw berkata kepada salah seorang bapa saudaranya, Wahai Abbas, mintalah kepada Allah ’afuw dan
’afiya semasa kehidupan dunia ini dan untuk kehidupan dunia yang akan datang.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib meminta kepada salah seorang pelayannya
namun ia tidak mendengar. Ia mengulangi panggilannya dan kembali si pelayan tak
mendengarkan panggilannya. Kemudian ia mengulangi panggilan untuk yang ketiga
kalinya dan kembali tidak ada jawapan. Akhirnya Ali berdiri dan mencarinya. Ali
mendapatkannya sedang berbaring. Beliau bertanya kepadanya: Apakah engkau mendengar panggilanku?. Ia
menjawab: Ya, aku mendengar. Ali
bertanya kepadanya. Lalu, apa yang
mencegahmu dari menjawab panggilanku. Ia menjawab: Keyakinanku pada kemurahanmu dan kepercayaanku pada ampunanmu. Ali
berkata: Aku membebaskanmu demi keredhaan
Allah. Ali berbuat demikan kerana keyakinan kuat di pihak pelayan itu.
Barangsiapa ingin menerima sekilas cahaya yang diilhami oleh sifat ini,
pertama-tama harus memaafkan orang-orang yang telah berbuat jahat kepadanya
atau memperlakukannya secara zalim. Barangsiapa ingat sifat ini semestinya
menghalau perasaan buruk apa pun terhadap seseorang dari hatinya yang telah
berbuat jahat kepadanya dan memperlakukannya dengan baik orang-orang yang
berlaku salah kepadanya.
Wallahu ’alam
Adil Akhyar
Kehebatan berzikir dengan
Asma ul-Husna
Pustaka Azhar, 2010
No comments:
Post a Comment