Monday, October 19, 2015

Rintih sebuah bukit

Telah puluhan musim
aku memikul beban
menerima hukuman bukan
kerana kesalahan diri
nama asing milik penjajah
dilekatkan di dada

nama yang telah menjadi
darah dan daging
satu bebanan maha berat
tinggalan sejarah pincang
yang terpaksa kupikul sepanjang
musim mendatang

benar aku kebingungan dan
semakin tidak mengerti
namun aku juga tak mudah
melatah menuding jari
dosa sejarah ini takkan
kupindahkan begitu mudah
meski nuraniku berombak
sabarku belum berselerak
dalam diam aku menadah
tangan mohon lindungan

hari ini sejarah pincang
kembali berulang
sekian lama diriku diratah
lahap oleh penjenayah
tubuhku dilapah pemilik
nafsu serakah
yang berselindung di balik
angkuh nenda dan kuasa
peraturan telah lama menjadi
barang dagangan
di pasar kapitalis

hijau pohon telah luntur
dan lukisan alam
akulah bukit yang tidak
punya mahkota lagi
mogok bunga untuk
berkuntum kembang
anak sungai mengintai makna
jernih hanya di lembar kamus
dan rajuk musim yang telah lama
enggan mengirimkan dingin

di tengah luka dan parut yang
makin subur diwajahku
aku kembali bernostalgia di tepi air sungai yang lesu
benar aku merindui masa
lampau yang semakin jauh
merindui wajah anak-anak kandungku
sedang di sekelilingku wajah
wajah wajah asing bagai kelkatu
berebut satu lampu.

Sahrunizam Abdul Talib
Berita Harian
1 Feb 2015

No comments:

Post a Comment