Wednesday, October 22, 2014

Khutbah Wukuf 1435H (3)


Para jamaah haji yang mabrur,

Mengamalkan kehanifan yang berlapang dada (penuh keterbukaan dan toleransi) adalah sejalan  dengan predikat umat Islam sebagai "umat tengahan" (ummatan wasathan). Akidah Islam adalah "akidah tengahan", yaitu akidah yang mengedepankan wasathiyah atau orientasi hidup moderat, penuh toleransi, keseimbangan, dan kelapangan dada. Orientasi hidup ini membawa kita untuk teguh dalam prinsip namun terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar diri kita.

Prinsip wasathiyah  (moderasi) dan samhah  (toleransi) ini merupakan watak Islam yang perlu kita kedepankan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tercinta. Kita ditakdirkan Allah SWT berada dalam latar dan suasana kemajemukan, baik atas dasar agama, suku, bahasa dan budaya, maupun paham keagamaan dan organisasi kemasyarakatan. Terhadap sesama Muslim kita perlu mengembangkan persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyah), dan terhadap sesama bangsa kita rajut dan kembangkan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathoniyah). Kedua hal ini merupakan bentuk kemabruran sosial yang perlu dipelopori oleh para hujjaj di tanah air nanti.

Pengejawantahan dari kemabruran sosial ini adalah semangat kita untuk merajut kebersamaan sesama kita. Kebersamaan ini akan membawa kita mampu mengembangkan kerjasama dalam membangun kehidupan bersama. Dengan kebersamaan dan kerjasama kita akan berhasil mewujudkan kemajuan dan keunggulan. Dengan demikian maka kita akan berhasil menarik korelasi positif antara  hablun minallah  dan  hablun minannas, atau hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Inilah yang dimaksudkan Allah dalam firmanNya:

"Mereka akan ditimpa oleh kehinaan
 dalam mereka membangun kebudayaan,
kecuali mereka memadukan
 hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia; 
. . . dan mereka ditimpa pula oleh kemiskinan..."

Dalam ungkapan lain,  hablun minallah  dan  hablun minannas  haruslah terjalin dalam hubungan dinamis dan konstruktif, yakni nilai-nilai  hablun minallah  haruslah terjelma dalam  hablun minannas  secara nyata. Namun,  hablun minannas  tidaklah sekedar berbuat baik dengan sesama, tapi merajut  dan mengembangkan kebersamaan dalam membangun kebudayaan yang berkemajuan. Maka kemabruran kita yang bersifat spiritual sebagai hasil dari penunaian manasik haji akan menentukan kemabruran kita yang bersifat sosial yakni kebersamaan kita dalam membangun kebudayaan dan peradaban yang berkemajuan. 

Semoga segenap jamaah haji Indonesia akan memperoleh kemabruran sejati dan paripurna, yakni dapat meraih pahala dan ridha Allah SWT dari keikhlasan dan ketekunan beribadat kini dan di sini di tanah suci, dan mampu untuk menjelmakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bersama nanti dan di sana, di tanah air tercinta.
 
Ya Allah, 
terimalah ibadah haji kami dalam penuh kemabruran, 
terima pula setiap usaha kami dalam penuh kesyukuran, 
dan dosa kami dengan penuh ampunan, 
dan perniagaan hidup kami dalam penuh keberuntungan.

Ya Allah,
berilah kami kemajuan hidup di dunia
dan berilah kami kebahagiaan hidup di akhirat
dan hindarkan kami dari siksa neraka.

ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAMD.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
Ketua Umum MUI Pusat
Indonesia.

Arafah, 09 Dzulhijjah 1435 H
03 Oktober 2014 M

No comments:

Post a Comment