Laits mengirim seratus dinar untuk Imam Malik di setiap tahun. Kemudian
Malik menulis surat kepada Laits: Sungguh
kami mempunyai hutang dan Malik pun mengirim lima ratus dinar kepadanya.
Abu Shalah setiausaha Laits meriwayatkan, pada saat kami berada di depan pintu
Malik bin Anas, dia menolak kami. Kemudian kami berkata : Perlakuan ini tidak seperti yang dilakukannya terhadap teman kita!.
Abu Shalah berkata: Dia (Malik)
mendengar perbicaraan kami dan menyuruh kami masuk laku berkata kepada kami :
Siapa teman kamu itu?. Laits bin Saad,
jawab kami.
Kamu menyamakanku dengan
seseorang yang aku tuliskan untuknya dalam sedikit ushfur (jenis bunga), yang
dengannya kami mencelup baju anak-anak kami. Dia mengirimkan untuk kami apa
yang telah kami celup dari pakaian anak-anak dan pakaian tetangga kami, lalu
kami jual dan untungnya adalah seribu dinar.
Imam Malik tidak akan meminta bantuan kepada Laits dan tidak akan menulis
untuknya tentang masalah-masalahnya kecuali kalau keduanya mempunyai hubungan
yang erat dan kerukunan yang kuat.
Wallaahu a’lam.
(Mendekati peribadi imam-imam pewaris para nabi; Muhammad Aizat Farhan)
No comments:
Post a Comment