Asal usul
nama-nama
Dalam sistem penanggalan kalender Masehi atau Gregorian, satu tahun
terdiri dari dua belas bulan. Hubungan antara kalender Masehi dengan
kepercayaan paganisme (kepercayaan menyembah patung atau dewa) bangsa Romawi Kuno boleh dilihat dari nama-nama yang dipergunakan.
Penyebutan nama-nama bulan dipersembahkan untuk menghormati para dewa dan
sebagai tanda untuk memuja dewa-dewa tertentu. Perlu diketahui bahwa kalendar Masehi sudah beberapa kali mengalami
perubahan, penambahan dan penyempurnaan kerana pada awalnya kalender tersebut berasal dari kalendar Romawi yang
hanya mengenal sepuluh bulan dalam setahun, awal tahun baru dimulai pada bulan
Maret.
Hal ini berkaitan erat dengan musim dan pengaruhnya kepada tata kehidupan
masyarakat di Eropa. Bulan Maret (tepatnya 21 Maret) adalah permulaan musim
panas (equinox musim panas). Awal musim panas disambut dengan perayaan sukacita
kerana dipandang sebagai bermulanya kehidupan baru, setelah selama 3 bulan
mengalami musim dingin. Jadi, kedatangan musim panas ini dirayakan sebagai perayaan tahun baru setiap tahun. Jadi secara kronologi kita tidak boleh menyamakan
persamaan antara tanggal di masa lalu dengan di masa sekarang. Tanggal 1
Januari di zaman Julius Caesar tentu berbeza kronologisnya di zaman sekarang.
Januari, merupakan bulan pertama dalam tahun
Masehi. Berasal dari nama Dewa Janus, dewa bermuka dua, yang satu menghadap ke
depan dan yang satunya menghadap ke belakang. Dewa Janus disebut sebagai Dewa
Pintu.
Februari, merupakan bulan kedua dalam tahun
Masehi. Berasal dari nama dewa Februs, Dewa Penyucian.
Maret, merupakan bulan ketiga dalam tahun
Masehi. Berasal dari nama Dewa Mars, Dewa Perang. Pada mulanya, Maret merupakan
bulan pertama dalam kalendar Romawi, lalu pada tahun 45 SM, Julius Caesar
menambahkan bulan Januari dan Februari di depannya sehingga menjadi bulan
ketiga.
April, merupakan bulan keempat dalam tahun
Masehi. Berasal dari nama Dewi Aprilis, atau dalam bahasa Latin disebut juga Aperire yang bererti membuka. Diduga kuat sebutan ini
berkaitan dengan musim bunga di mana kelopak bunga mulai membuka. Juga diyakini
sebagai nama lain dari Dewi Aphrodite atau Apru, Dewi Cinta orang Romawi.
Mei, merupakan bulan kelima dalam kalendar
Masehi. Berasal dari Dewi Kesuburan Bangsa Romawi, Dewi Maia.
Juli, merupakan bulan ketujuh dari tahun
Masehi. Di bulan ini, Julius Caesar lahir, sebab itu dinamakan sebagai bulan
Juli. Sebelumnya bulan Juli disebut sebagai Quintrilis, yang berarti bulan
kelima dalam bahasa Latin. Hal ini kerana kalendar Romawi pada awalnya
menempatkan Maret sebagai bulan pertama.
Agustus, merupakan bulan kelapan dalam kalendar
Masehi. Seperti juga nama bulan Juli yang berasal dari nama Julius Caesar, maka
bulan Agustus berasal dari nama kaisar Romawi, iaitu Agustus. Pada awalnya,
ketika Maret masih menjadi bulan pertama, Maret menjadi bulan keenam dengan
sebutan Sextilis.
September, merupakan bulan kesembilan dari tahun Masehi.
Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Septem, yang bererti tujuh. September
pada awalnya merupakan bulan ketujuh dalam kalender Romawi.
Oktober, sama seperti September, tidak mengalami
perubahan nama ketika terjadi pergeseran. Bulan Oktober berasal dari kata octo yang bererti delapan (dalam bahasa
latin).
November, merupakan bulan kesebelas dari tahun
Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Novem, yang bererti sembilan.
November merupakan bulan kesembilan dalam kalender Romawi.
Desember, merupakan bulan keduabelas atau bulan
terakhir dari tahun Masehi. Nama bulan ini berasal dari bahasa Latin Decem,
yang bererti sepuluh. Desember pada awalnya merupakan bulan kesepuluh dalam
kalender Romawi.
Dari penyembutan nama-nama bulan tersebut, kita menjadi tahu bahwa
orang-orang zaman dahulu sebenarnya tidak mengenal konsep tahun, walaupun
sudah mengenal penanggalan. Maka sesungguhnya bukan waktu, tanggal bulan atau
tahun yang penting tapi bagaimana kita menyingkap waktu yang kita lalui.
Bukan kegembiraan dengan pesta atau kemeriahan di tahun baru yang kita
tunggu yang membuat momentum tahun baru sepertinya menjadi lebih istimewa
kerana pada hakikatnya pergantian tahun tidak lebih dari sebuah garis batas
untuk mengingatkan kita akan batas waktu yang akan segera berakhir untuk
digantikan dengan periode masa selanjutnya.
Wallaahu a’lam.
Buletin Mufti, ms 18 Bil 1/2012
Jabatan Mufti Negeri Kelantan
No comments:
Post a Comment