Subuh
menghantarnya pulang
ke
lorong nostalgia
ke
sebuah musola tua
Di
sini
dia
belajar mengangkat wuduk
dan
membentang sejadah
seperti
mana air di kolah
itu
berkecipak
begitulah
jiwanya berkocak
pada
setiap subuh remajanya
di
sepanjang alam desanya.
melepaskannya
ke sebuah kota
di
tengah-tengah nadi kota
di
celah-celah urat remaja
dia
membesar dan dewasa.
Berbekalkan
dengungan
nasyid
yang diunggulinya
dia
menjual suara
hingga
mencipta nama
dunia
ciptaannya
dunia
glamor yang rapoh
mudah
tergelincir dan hanyut.
Empat
musim berlalu
seorang
lelaki separuh usia
kembali
ke kolah musola desanya
membasuh
luka dan dosa
sujud
memohon keampunanNya.
Di
sebuah musola desa
dia
kembali mengabdikan diri
seperti
di zaman remajanya.
Razali Mohd Yusoff
Batu Gajah
BH, 1 Mei 2015
No comments:
Post a Comment