Air
yang menjilat tebing itu
dengan
rakus menumpahkan
lahar
amarahnya
ke
segenap rubrik kecil sang penghuni
suara
teriakan kecil anak-anak
melantun
menerjah daun jendela
yang
perlahan-lahan sirna
ditelan
lumpur
menemukan
air mata dan harapan
sang
ibu mencari sisa suara tumpah
di
celah reput roboh dinding
tersadai
di ranting harap
Air
yang menjilat tebing itu
keruh
warnanya mengusung lumpur
dari
tarahan bukit teroka rakus
para
ilmuan teknokrat
tanpa
peduli pesan keramat
para
wali
Air
yang menjilat tebing itu
berpusar
nanar
hilang
kompas arah
hadirnya
begitu pantas
menyimpang
resah hati sang bapa
dicatu
puluhan ribu warga anak
hilang
dahan bergayut
tercabar
iman dan takwa
Maruah
kita
bagai
air yang menjilat tebing
nanar
berpusar
bagai
air bah yang melandai
jika
tidak disiapkan
kitalah
sang pelarian
diburu
bimbang
yang
hilang kata-kata
yang
miskin muafakat.
Asmui Mustapa
Tumpat, Kelantan
Mingguan Malaysia
1 Mac 2015
No comments:
Post a Comment