Pelajaran
ke-36
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari putera
saiyidina Umar Ubnul Khattab tiba di rumah menangis. Ia ditanya oleh ayahnya,
apa yang menyebabkan ia menangis. Berkata puteranya mengeluh: Kawan-kawanku di
sekolah pada mengolok-olokku menghitung-hitung tampalan-tampalan yang terdapat
di pakaianku, berkata satu kepada yang lain: Lihatlah putera Amirul Mu’minin itu pakaiannya penuh tampalan.
Terdorong oleh kasih sayang pada puteranya, beliau
mengirim surat kepada bendahara negara minta diberi hutang empat dirham dari
kas Baitul mal dengan kesanggupan membayar kembali pada permulaan bulan
dipotongkan dari gajinya.
Dalam surat balasan yang diterima dari bendahara
negara terdapat kata-kata: Hai Umar!
Adakah kepastian bahwa engkau akan hidup sampai permulaan bulan? Kalau sampai
terjadi engkau mati sebelum melunasi hutangmu pada Baitul mal, apa engkau
hendak berbuat?
.
Menangislah saiyidina Umar membaca surat bendahara
itu, lalu berkata pada puteranya: Kembalilah
engkau ke sekolah hai puteraku! Aku tidak mempunyai kepastian tentang rohku
walau sejampun.
(Misykatul Abrar)
Dikatakan bahwa dunia itu seumpama ular, racunnya membinasakan tetapi dapat
diambil manfaatnya untuk pengobatan. Maka siapa yang mengenalnya mengambil
kemanfaatannya dan menghidari racunnya.
Wallahu ’alam
H.Salim Bahreisy
Bekal Juru Da’wah Jilid 2
No comments:
Post a Comment