Pelajaran
ke-50
Aiyub bin Iesh bin Ishak. Ibunya adalah anaknya
nabi Luth as. Nabi Aiyub beristerikan Rahmah binti Efraim bin Yusuf as. Ia
menjadi kaya setelah mewarisi dari ayahnya suatu perternakan yang besar dan
luas terdiri unta, kerbau, kambing, kuda, bighal dan hemar yang tidak terbilang
banyaknya, sehingga ia merupakan orang yang terkaya pada waktu itu.
Tetkala ia diutus oleh Allah sebagai rasul kepada
kaumnya di negeri Hauran, ia tidak mendapat tentangan dan perlawanan dari
mereka ia diterima dengan baik kerana kedudukannya, nenek moyangnya dari
jurusan ayah maupun ibu yang dihormati dan dimuliakan juga kerana
kebijaksanaannya dan budi pekertinya serta lemah lembut perilakunya terhadap
sesama kaumnya, sehingga ia menjadi seakan-akan seperti ayah yang penuh kasih
sayang bagi anak-anak yatim , seperti suami yang baik bagi para janda, dan
saudara bagi orang-orang yang lemah dan miskin.
Ia dari waktu ke waktu mengadakan jamuan makan
bagi para fakir miskin dan tamu-tamu yang datang dari luar. Kebunnya yang penuh
dengan rupa-rupa tanaman dan buah-buahan terbuka bagi umum, bagi siapa saja
yang hendak memetik dan mengambilnya. Ia berpesan kepada wakil-wakilnya dan
penjaga kebunnya agar berlaku baik dan tidak melarang siapa saja yang hendak
menikmati hasil tanaman dan buah-buahan kebunnya itu. Ia walaupun tenggelam
dalam kekayaan yang melimpah-limpah dan kebahagiaan duniawi yang tidak
terhingga, tidak pernah lalai bersyukur kepada Allah dan tidak pernah lidahnya
berhenti memuji-muji Allah dengan katanya: Ya Tuhanku! Inilah pemberianMu dan karuniaMu kepada hambaMu
di dunia yang merupakan penjara ini, maka bagaimanakah pemberianMu kelak di
syurga bagi hamba-hambaMu yang Engkau terima sebagai tamu-tamuMu yang mulia?
Wallahu ’alam
H.Salim Bahreisy
Bekal Juru Da’wah Jilid 2
Surabaya, 1977
No comments:
Post a Comment