Ini
rumah agamku tanpa tiang
dibina
dari ketulan-ketulan darah
kian
hitam
kadang-kadang
terang
disuluh
kegelapan dan kelam
disinari
kecerahan
Pintu
hadapan kubuka seribu
pintu
ternganga di dalamnya
terkunci
rapat
Pintu
lain kubuka pintu
yang
sudah ternganga kembali
tertutup
kejap
ada
seribu kamar, seribu rona
warnanya
dipudarkan kedaifan
dindingnya
diretakkan kekhilafan
Rumah
agamku tak berbumbung
haruskah
selamanya aku di sini
berteduh
dari panas dan hujan?
Rumah
agamku yang aneh
haruskah
selamanya aku begini
gagal
membuka mimpi
yang
dimanggakan ilusi?
M Arif
Padang Mokan,
Kelantan
BH, 7 Jun 2015
No comments:
Post a Comment