Hasan al Basri berkata : Aku hairan dengan orang-orang yang
diperintah untuk menyiapkan bekalan, dipanggil untuk pergi jauh dan orang-orang
yang mendahului mereka telah lebih dahulu wafat tetapi mereka masih duduk
santai.
Ibnul Qayyim pula telah berwasiat
kepada orang yang berumur panjang namun terpedaya olehnya, agar merenungkan
makna yang tersirat pada umur. Umur adalah perjalanan menuju
Allah dan kehidupan akhirat. Dalam perjalanan ini ianya
terbahagi dalam beberapa fasa.
Orang cerdas adalah mereka yang memanfaatkan setiap fasa yang ada di
hadapannya. Dia berusaha keras menjalani setiap fasa sebaik mungkin. Jika telah
menyelesaikan satu fasa akan beralih pada fasa yang lain. Dia tidak menganggap
waktu itu panjang, sehingga lantas membuat hatinya keras, banyak angan-angan, menunda-nunda
pekerjaan dan bermalas-malasan. Sebaliknya, dia memperhitungkan umurnya hanya
sampai pada satu fasa. Sehingga dia berusaha keras mengisinya dengan segala
kebaikan. Lantaran ia menyakini fasa itu singkat dan lekas berlalu, dia akan
merasa ringan untuk beramal dan hatinya tergerak untuk beribadah.
Bila datang fasa yang lain, dia akan menjalaninya sebaik mungkin,
seperti fasa-fasa sebelumnya. Kebiasaan ini terus dia lakukan hingga habis
seluruh fasa. Dia puas dengan usahanya dan bersukacita dengan apa yang telah
dia siapkan untuk akhiratnya.
Ketika cahaya matahari menerpa dan kegelapan malam menyingsing, dia
puas dengan perjalanan malamnya ( maksudnya, ketika mencapai maksud dan tujuan,
ia bahagia, senang dan mendapat balasan dari usahanya ) dan tidurnya telah
berlalu. Betapa indah perjalanan hari itu. Pagi harinya bercahaya dan tampak
kebahagiaan memancar dari wajahnya.
Wallahu’alam.
( Kaifa nasluk thariq al-Jannah;
Nabil Hamid Al-Ma’az )
No comments:
Post a Comment