Pelajaran ke tiga puluh enam: Menggunjing
Wahai saudaraku yang budiman, ketahuilah bahwa sesungguhnya perbuatan menggunjing, baik hal tersebut dilakukan dengan perkataan, tulisan, secara langsung ataupun dengan isyarat, merupakan paling rendahnya sifat di antara sifat-sifat yang tercela.
Dan sepertiga azab kubur itu muncul kerana sifat buruk ini . Bahkan dapat difahami dari kalam Ilahi bahwa menggunjing seorang anak pun haram hukumnya.
Demikian juga Allah SWT berfirman dalam ayatnya: " yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah - yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa - yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya"
Setiap orang yang mengetahui hakikat dari sifat ini, dia akan mengetahui bahawa menggunjing merupakan paling celakanya dan paling buruknya orang. Dan paling buruknya penggunjing adalah berkata-kata buruk. Yaitu menggunjing di dekat orang yang dia takut terhadap bahaya, siksaan dan pembunuhan seperti para sultan, para penguasa dan para pemimpin.
Pelajaran ke tiga puluh tujuh: Kegirangan
Yang dimaksud dengan kegirangan adalah: ketika seseorang mendengar bahawa satu musibah dan petaka telah menimpa seorang rakan atau saudaranya seiman meskipun kerana kejahatan atau keburukannya, lalu dia merasa girang dan ceria dengan kejadian tersebut.
Dari hadis dan pengalaman telah terbukti bahawa orang-orang yang gembira dengan musibah yang menimpa orang lain, maka dia tidak akan meninggalkan dunia ini sebelum dia mengalami musibah sebagaimana yang telah ditimpakan kepada orang lain. Oleh itu orang yang berakal tidak akan merasa aman dari berbagai musibah dunia, dan karenanya dia tidak akan merasa gembira dengan musibah saudaranya yang seiman.
Yang dimaksud dengan bertengkar dan berdebat adalah merasa keberatan atas perkataan orang lain dan menampakkan kelemahan serta mengacaukan percakapan orang tersebut dengan maksud untuk merendahkannya serta untuk menampakkan kebesarannya tanpa adanya manfaat ukhrawi. Ketahuilah bahawa perbuatan seperti ini merupakan salah satu dari akhlak yang sangat tercela.
Pelajaran ke tiga puluh lapan: Bertengkar dan berdebat
Yang dimaksud dengan bertengkar dan berdebat adalah merasa keberatan atas perkataan orang lain dan menampakkan kelemahan serta mengacaukan percakapan orang tersebut dengan maksud untuk merendahkannya serta untuk menampakkan kebesarannya tanpa adanya manfaat ukhrawi. Ketahuilah bahawa perbuatan seperti ini merupakan salah satu dari akhlak yang sangat tercela.
Dalam salah satu hadis Rasul Saw bersabda bahwa hakikat keimanan seorang hamba tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, selama dia tidak meninggalkan pertengkaran dan perdebatan, meskipun kebenaran berada pada dirinya.
Tidak diragukan lagi bahwa apabila seseorang menganggap hal ini sebagai sebuah sifat yang tercela, pasti dia tidak akan pernah menyempatkan diri untuk melakukannya, kerana pelaku perbuatan tercela ini diumpamakan sebagaimana seekor anjing liar yang sentiasa akan menyambung keinginannya.
Dia akan ikut terperosok dengan setiap orang dan sentiasa akan mencari keinginannya ini, sehingga setiap dia mendengar percakapan orang lain, dia akan melakukan perdebatan dengannya serta mencari kelanjutannya, bahkan dia merasa nikmat dengan perbuatannya tersebut. Terutama dalam kemajemukan seperti sekarang ini, dimana sebahagian dari orang-orang yang lemah akalnya malah memuji orang yang mempunyai sifat tercela semacam ini. Orang-orang yang lemah akalnya itu mengatakan bahwa si fulan pendebat atau si fulan yang banyak bicara dan penceramah hebat itu tidak bisa didebat dan tidak ada yang mengalahkannya.
Oleh karena itulah biasanya orang semacam ini, iaitu orang yang hobinya berdebat, selalu memilih lawan debatnya dari kelompok orang-orang yang jahil dan bodoh, sehingga dia akan bisa mengalahkannya. Sungguh malang sekali nasib orang seperti ini, kerana dia tidak mengetahui bahawa barang siapa yang melakukan perdebatan dengan orang yang lebih bodoh darinya untuk mengetahui bahawa dirinya lebih pandai, sesungguhnya dia adalah orang yang bodoh.
Yang dimaksud dengan mengejek dan mengolok-olok adalah menirukan kelakuan, perbuatan, gerak-gerik dan sifat-sifat orang lain, baik dilakukan dengan perkataan, perbuatan, isyarat, sindiran atau kiasan, sehingga menyebabkan orang lain tertawa.
Pelajaran ke tiga puluh sembilan: Mengolok-olok dan mengejek
Yang dimaksud dengan mengejek dan mengolok-olok adalah menirukan kelakuan, perbuatan, gerak-gerik dan sifat-sifat orang lain, baik dilakukan dengan perkataan, perbuatan, isyarat, sindiran atau kiasan, sehingga menyebabkan orang lain tertawa.
Ketahuilah bahawa hal ini dapat menyebabkan timbulnya perpecahan, kecongkakan atau kehinaan orang yang diolok-olok. Dan bisa jadi hal ini, iaitu membuat orang lain tertawa dan menganggapnya lucu, disebabkan karena ketamakan terhadap kotoran duniawi. Tak pelak lagi bahwa perbuatan semacam ini tidak akan keluar kecuali dari orang-orang yang rendah akhlaknya, tidak berpendidikan dan pemilik fitrah yang tercela. Bahkan pelaku perbuatan tersebut termasuk orang yang tidak memiliki pengetahuan agama dan tidak juga memiliki insaniah.
Berlebihan dalam bergurau dan melawak adalah sebuah perbuatan yang buruk, bahkan akan menyebabkan kekurangsabaran, turun kehormatannya dan akan menghasilkan kehinaan serta mematikan hati.
Pelajaran ke empat puluh: Berlebihan dalam bergurau
Berlebihan dalam bergurau dan melawak adalah sebuah perbuatan yang buruk, bahkan akan menyebabkan kekurangsabaran, turun kehormatannya dan akan menghasilkan kehinaan serta mematikan hati.
Perbuatan ini pun akan membuat lupa terhadap akhirat dan bisa jadi akan menyebabkan perpecahan dan permusuhan pula atau akan menyebabkan ketersingungan dan memalukan para mukmin. Tetapi tidak berlebihan dalam hal ini dan tidak membuat keburukan sebagaimana di atas dan tidak membuka mulut serta tertawa tanpa manfaat, merupakan hal yang terpuji.
No comments:
Post a Comment