Tiga ayat – turun di Madinah
Dengan nama Allah, Pemurah, Penyayang
Keterangannnya telah terdahulu di surah Al Fatihah
1. Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. Dan engkau lihat manusia masuk ke agama Allah berduyun-duyun.
3. Maka hendaklah engkau berbakti dengan memuji Tuhanmu dan hendaklah engkau
minta ampun daripadaNya kerana sesungguhnya Ia itu adalah sangat Pengampun.
Keterangan :
Di dalam Quran ada ayat-ayat yang dihadapkan kepada Nabi dan dimaksudkan untuk Nabi saja ; dan ada pula yang dihadapkan kepadanya dan dimaksudkan baginya dan bagi umatnya dan ada pula yang dihadapkan kepadanya tetapi dimaksudkan jadi pelajaran bagi umatnya.
Surah ini satu daripada yang dihadapkan kepada Nabi tetapi maksudnya mengajar sahabatnya dan umatnya.
Sebelum dapat kemenangan sebahagian daripada sahabat Nabi menunggu-nunggu kedatangnnya dengan tidak sabar dan dengan keluh kesah. Hal ini Tuhan pandang sebagai satu kesalahan.
Allah menyuruh minta ampun itu tampaknya atas kesalahan itu supaya mereka tidak akan berbuat begitu lagi atau sekurang-kurangnya jangan mereka melampaui dari itu.
Jadi ertinya : apabila datang pertolongan dari Allah dan dapat kamu mengalahkan musuh-musuh kamu serta kamu lihat orang-orang kafir masuk agama Islam berduyun-duyun, bukan satu-satu, dan bukan dengan ketakutan seperti yang sudah-sudah maka janganlah kamu lalai daripada berbakti dan janganlah kamu lemah daripada memuji Tuhan yang telah memberi kemenangan kepada kamu, dan janganlah kamu lupa meminta ampun daripadaNya atas kesalahan kamu tentang menunggu-nunggu kemenangan dan pertolongan dari Allah dengan tidak sabar dan keluh kesah yang menunjukkan kurang kuat kepercayaan kamu tentang kedatangan pertolongan dari Allah kerana Allah itu Tuhan yang sangat suka memberi ampun akan hambaNya yang minta ampun.
Pelajaran yang kita dapat dari ayat ini :
Manusia sudah memang berperangai suka beribadat keras atau selalu ingat kepada Tuhannya dengan tidak putus-putus selagi belum hasil maksudnya atau selama ia di dalam kesusahan dan juga manusia bertabiat tak suka sabar bahkan suka keluh kesah menunggu hilangnya kesusahan atau menanti datangnya kesenangan.
Sesudah tercapai hajatnya atau sesudah hilang kesusahannya lemahlah ibadatnya, lupa ia menerima kasih kepada Tuhannya dan lupa ia merasakan kesalahannya.
Oleh itu kalau kita dapat kemenangan untuk diri kita atau untuk agama kita, kalau hasil maksud kita, kalau hilang kesusahan kita, kalau datang kesenangan kepada kita, janganlah kita lalaikan ’ibadat kita kepada Tuhan yang menghasilkannya, janganlah kita lupa mengucap syukur dan memuji akan Dia, janganlah kita lupa meminta ampun kesalahan atau dosa yang kita lakukan dengan tidak sabar dengan keluh kesah dan dengan bersungut.
( A. Hassan ; Al-Hidayah, Pustaka Aman Press 1975 )
No comments:
Post a Comment