Para jamaah haji yang mabrur,
Mengamalkan kehanifan yang berlapang dada (penuh keterbukaan dan toleransi)
adalah sejalan dengan predikat umat
Islam sebagai "umat tengahan" (ummatan wasathan). Akidah Islam adalah
"akidah tengahan", yaitu akidah yang mengedepankan wasathiyah atau
orientasi hidup moderat, penuh toleransi, keseimbangan, dan kelapangan dada. Orientasi
hidup ini membawa kita untuk teguh dalam prinsip namun terbuka terhadap
kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar diri kita.
Prinsip wasathiyah (moderasi) dan
samhah (toleransi) ini merupakan watak
Islam yang perlu kita kedepankan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia tercinta. Kita ditakdirkan Allah SWT berada dalam latar
dan suasana kemajemukan, baik atas dasar agama, suku, bahasa dan budaya, maupun
paham keagamaan dan organisasi kemasyarakatan. Terhadap sesama Muslim kita
perlu mengembangkan persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyah), dan terhadap
sesama bangsa kita rajut dan kembangkan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah
wathoniyah). Kedua hal ini merupakan bentuk kemabruran sosial yang perlu
dipelopori oleh para hujjaj di tanah air nanti.
Pengejawantahan dari kemabruran sosial ini adalah semangat kita untuk
merajut kebersamaan sesama kita. Kebersamaan ini akan membawa kita mampu mengembangkan
kerjasama dalam membangun kehidupan bersama. Dengan kebersamaan dan kerjasama
kita akan berhasil mewujudkan kemajuan dan keunggulan. Dengan demikian maka
kita akan berhasil menarik korelasi positif antara hablun minallah dan hablun
minannas, atau hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal
dengan sesama manusia. Inilah yang dimaksudkan Allah dalam firmanNya:
"Mereka akan ditimpa oleh kehinaan
dalam mereka membangun kebudayaan,
kecuali mereka memadukan
hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan sesama manusia;
. . . dan mereka ditimpa pula oleh kemiskinan..."
Dalam ungkapan lain, hablun
minallah dan hablun minannas haruslah terjalin dalam hubungan dinamis dan
konstruktif, yakni nilai-nilai hablun
minallah haruslah terjelma dalam hablun minannas secara nyata. Namun, hablun minannas tidaklah sekedar berbuat baik dengan sesama,
tapi merajut dan mengembangkan
kebersamaan dalam membangun kebudayaan yang berkemajuan. Maka kemabruran kita
yang bersifat spiritual sebagai hasil dari penunaian manasik haji akan
menentukan kemabruran kita yang bersifat sosial yakni kebersamaan kita dalam
membangun kebudayaan dan peradaban yang berkemajuan.
Semoga segenap jamaah haji Indonesia akan memperoleh kemabruran sejati dan paripurna,
yakni dapat meraih pahala dan ridha Allah SWT dari keikhlasan dan ketekunan
beribadat kini dan di sini di tanah suci, dan mampu untuk menjelmakan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan bersama nanti dan di sana, di tanah air tercinta.
Ya Allah,
terimalah ibadah haji kami dalam penuh kemabruran,
terima pula setiap usaha kami dalam penuh kesyukuran,
dan dosa kami dengan penuh ampunan,
dan perniagaan hidup kami dalam penuh keberuntungan.
Ya Allah,
berilah kami kemajuan hidup di dunia
dan berilah kami kebahagiaan hidup di akhirat
dan hindarkan kami dari siksa neraka.
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR
WALILLAHIL HAMD.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
Ketua Umum MUI Pusat
Indonesia.
Arafah, 09 Dzulhijjah 1435 H
03 Oktober 2014 M
No comments:
Post a Comment