Meraih kemabruran menuju kehidupan
berkemajuan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Para hamba dan tetamu Allah, jamaah haji yang dirahmati,
Tiada yang patut hati dan lisan kita ungkapkan saat ini kecuali kalimat
syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih Maha Penyayang; bahwa
atas rahmat, hidayah dan inayah-Nyalah kita dapat memenuhi panggilan-Nya,
menunaikan perintah-Nya, dan kini kita bersimpuh sambil bermunajat ke
hadirat-Nya saat wukuf di Padang Arafah,
salah satu dari azminatul wa imkanatul ijabah atau waktu dan tempat doa langsung dikabulkan.
Adalah suatu takdir yang baik bahwa wukuf yang kita lakukan saat ini berlangsung
pada hari Jum'at yang dikenal sebagai
sayyidul ayyam atau semulia-mulianya
hari, dan ini mengulangi wukuf yang dialami Rasulullah SAW bersama sekitar 114
ribu umat Islam pada saat berhaji sekali seumur hidup yang disebut al- Hajjul
Akbar, Haji Besar, aitu ibadah haji itu sendiri.
Bagi banyak dari umat Islam di Indonesia, untuk sampai ke Tanah Suci ini
adalah perjuangan berat, panjang, dan penuh kesabaran. Dari hasil mengais
rezeki, menabung rupiah demi rupiah, bahkan menjual harta yang yang mereka
miliki, namun dengan niat dan tekad kuat mereka menanti takdir untuk dapat
pergi. Dan akhirnya Allah menakdirkan mereka berada di Tanah Suci ini: memenuhi
panggilan-Nya, mengunjungi rumah-Nya, menziarahi ranah perjuangan
rasulNya.
Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Allah, kini aku
memenuhi panggilan-Mu,
Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu,
Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan
kekuasaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.
Para hamba dan tetamu Allah, jamaah haji yang dirahmati,
Menunaikan ibadah haji adalah memenuhi panggilan Ilahi. Hanya orang yang
memiliki keimanan mendalam dan keinginan kuat yang akan mahu menyambut
panggilan Ilahi itu. Walaupun jauh dan berat, tidak mudah dan tidak murah,
namun jutaan kaum beriman ikhlas dan antusias ingin menunaikan ibadah haji di
Tanah Suci, bahkan dengan harus menunggu belasan tahun untuk mendapat giliran
pergi. Ini adalah pertanda keimanan hakiki dan keislaman sejati. Keimanan dan
keislaman demikian akan mendorong seorang hamba untuk menjalankan perintah dan
menjauhi larangan Sang Pencipta dengan sikap
sami'na wa atho'na, "aku
mendengar perintahMu dan aku taat melaksanakannya". Inilah sikap beragama
paripurna yang perlu menjadi acuan hidupkaum beriman, di mana saja mereka berada, baik di Tanah Suci maupun di dalam
negeri.
Orientasi beragama sami'na wa atho'na perlu menjadi budaya umat Islam Indonesia. Jika
sami'na wa atho'na menjadi budaya
beragama, maka umat Islam di Indonesia akan menjadi umat yang
berbondong-bondong memenuhi masjid dan mushalla pada setiap panggilan adzan
sehingga masjid dan mushalla akan makmur dan bersyiar. Indonesia tidak hanya
akan menjadi negeri ribuan masjid, tapi juga negeri jutaan jamaah. Masjid-masjid
di Indonesia, dengan demikian, akan berfungsi sebagai pusat peribadatan dan pusat
kegiatan muamalat umat. Maka banyak permasalahan umat Islam dalam berbagai bidang
kebudayaan seperti sosial, pendidikan, ekonomi, bahkan politik akan dapat dibicarakan
dan kemudian diatasi.
Jika sami'na wa atho'na menjadi budaya, maka umat Islam akan menjadi
umat yang berlomba-lomba mengeluarkan zakat, infak dan sedekah, sehingga
triliunan rupiah akan dapat terkumpulkan. Sebagai hasilnya, jutaan fakir miskin
dan kaum dhuafa dapat tersantuni dan terberdayakan, ribuan sekolah, madrasah,
dan universitas akan dapat terbangunkan, ratusan bahkan ribuan lembaga keuangan
kecil dan besar dapat didirikan, maka fenomena kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan akan hilang dari kehidupan umat Islam di Indonesia, negeri
dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Jika sami'na wa'atho'na menjadi
budaya, maka perintah Allah SWT kepada kaum beriman untuk menjadi ummatan
wasathan atau "umat tengahan" dan khaira ummah atau "umat
terbaik" akan ditaati dan amalkan. Sebagai akibatnya, umat Islam di Indonesia
akan menjadi umat yang hidup dalam kerukunan, kekompakan dan kebersamaan dengan
penuh kasih sayang bersama saudara-saudara seiman, dan bersedia untuk hidup
berdampingan secara damai dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air
walaupun berbeda suku dan agama. Menjadi khaira ummah atau umat terbaik
berarti kaum beriman akan cenderung
ber-fastabiqul khairat, meningkatkan kualitas diri, baik pribadi maupun
organisasi, kemudian berlomba-lomba merebut prestasi dan keunggulan. Maka, umat Islam di Indonesia akan menjadi umat yang tidak hanya
besar dalam jumlah dan bilangan, tapi juga besar dalam mutu dan kualitas.
Itulah buah dari ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT dan RasulNya.
Itulah pembelajaran utama dari ibadah haji. Talbiyah yang kita kumandangkan di
Tanah Suci sesungguhnya adalah latihan agar kita mau dan mampu untuk
melantunkan talbiyah dalam perbuatan nyata sepulang ke tanah air nanti, sebagai
bentuk dari kemabruran haji kita.
No comments:
Post a Comment