Telah
puluhan musim
aku
memikul beban
menerima
hukuman bukan
kerana
kesalahan diri
nama
asing milik penjajah
dilekatkan
di dada
nama
yang telah menjadi
darah
dan daging
satu
bebanan maha berat
tinggalan
sejarah pincang
yang
terpaksa kupikul sepanjang
musim
mendatang
benar
aku kebingungan dan
semakin
tidak mengerti
namun
aku juga tak mudah
melatah
menuding jari
dosa
sejarah ini takkan
kupindahkan
begitu mudah
meski
nuraniku berombak
sabarku
belum berselerak
dalam
diam aku menadah
tangan
mohon lindungan
kembali
berulang
sekian
lama diriku diratah
lahap
oleh penjenayah
tubuhku
dilapah pemilik
nafsu
serakah
yang
berselindung di balik
angkuh
nenda dan kuasa
peraturan
telah lama menjadi
barang
dagangan
di
pasar kapitalis
hijau
pohon telah luntur
dan
lukisan alam
akulah
bukit yang tidak
punya
mahkota lagi
mogok
bunga untuk
berkuntum
kembang
anak
sungai mengintai makna
jernih
hanya di lembar kamus
dan
rajuk musim yang telah lama
enggan
mengirimkan dingin
di
tengah luka dan parut yang
makin
subur diwajahku
aku
kembali bernostalgia di tepi air sungai yang lesu
benar
aku merindui masa
lampau
yang semakin jauh
merindui
wajah anak-anak kandungku
sedang
di sekelilingku wajah
wajah
wajah asing bagai kelkatu
berebut
satu lampu.
Sahrunizam
Abdul Talib
Berita
Harian
1
Feb 2015
No comments:
Post a Comment