Oleh A. Hassan
5. Pimpinlah kami di jalan yang lurus
Keterangan :
Jalan yang lurus yang kita minta Tuhan pimpin kita padanya itu ialah jalan lurus di dalam ketetapan iman jalan lurus di dalam mengerjakan ibadat kepada Allah sebagaimana yang akan tersebut di ayat ke 6 dan ke 7 yang jadi penerangan dan tafsir bagi ayat ini.
6. ( Iaitu ) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atasnya
Keterangan :
Di ayat yang ke lima tadi, kita minta Tuhan pimpin kita di jalan lurus yang dimaksudkan di sana ialah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.
Maka nikmat yang Allah beri kepada manusia itu ada bermacam-macam :
a) nikmat dunia
b) nikmat Islam
c) nikmat iman
d) nikmat ketetapan iman dan kelurusan hati tentang kebenaran nabi Muhammad dan agamanya dan kelurusan serta keikhlasan hati pada menjalankan perintah-perintah Allah dan RasulNya.
Nikmat dunia itu sudah tentu tidak jadi permintaan kita di sini : kerana orang yang diberi nikmat dunia itu belum tentu jadi orang yang dipimpin oleh Allah di jalan lurus.
Nikmat Islam dan nikmat iman juga bukan jadi permintaan kita yang memang sudah jadi muslimin dan muminin.
Tinggal nikmat ketetapan iman dan ketetapan hati dan kelurusannya tentang kebenaran nabi Muhammad dan agama Islam dan nikmat keikhlasan dan kelurusan hati tentang menjalankan perintah-perintah Allah dan RasulNya.
Orang yang diberi nikmat yang beginilah dimaksudkan oleh ayat yang keenam itu.
Maka bersama-sama ayat yang dahulu, jadilah ertinya begini :
Pimpinlah kami di jalan yang lurus iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah beri nikmat ketetapan iman dan ketetapan hati tentang kebenaran nabi Muhammad dan agamanya.
Pelajaran yang kita dapat dari ayat itu :
Tidak ada satupun nikmat yang lebih besar daripada nikmat ketetapan iman dan nikmat ikhlas pada menjalankan hukum-hukum Allah dan inilah satu daripada jalan lurus yang kita minta di ayat Ihdinash-shirathal-mustaqiem tadi
7. Yang tidak dimurkai atasnya dan yang tidak sesat
Keterangan :
Yang tidak dimurkai dan yang tidak sesat itu dua sifat bagi orang yang diberi nikmat atasnya. Jadi erti ayat yang ke 5 sampai ayat ke 7 begini :
5. Pimpinlah kami di jalan yang lurus
6. (iaitu) di jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atasnya.
7. yang tidak dimurkai atasnya dan yang tidak sesat.
Dengan itu bererti bahawa orang yang diberi nikmat ketetapan iman oleh Allah itu terkadang dimurkai dan terkadang sesat iaitu :
a) Orang yang sudah tetap imannya. Kalau mengerjakan larangan Allah dinamakan : Orang yang tetap iman tetapi dimurkai.
b) Orang yang telah diberi ketetapan iman kalaulah menjalankan hukum agama dengan keterangan dari kiyai-kiyai, guru-guru atau ulama sahaja dinamakan : Orang yang tetap iman tetapi sesat.
Sekarang perlu kita periksa bahagian orang yang dimurkai oleh Allah yang dimaksudkan di ayat ini dan bahagian orang yang sesat.
Orang yang dimurkai oleh Allah itu ada dua bahagian :
a) Orang kafir
b) Orang Islam yang durhaka
Orang kafir itu bukan orang yang dimaksudkan di ayat yang tersebut kerana orang yang Allah telah beri ketetapan iman itu sudah tentu bukan orang kafir.
Lantaran itu tidak lain yang dimaksudkan dengan orang yang dimurkai itu melainkan orang Islam yang durhaka.
Orang yang sesat itu ertinya orang yang salah jalan. Orang ini pula terbahagi dua :
a) Orang kafir
b) Orang Islam yang salah jalan di dalam urusan Islam
Orang kafir itu sudah terang bukan orang yang dimaksudkan di ayat tersebut kerana orang yang ditetapkan Allah imannya itu mustahil ia kafir.
Oleh sebab itu tidak ada lain yang dikehendaki dengan orang yang sesat itu melainkan orang Islam yang salah jalan.
Orang Islam yang salah jalan itu ialah orang yang menjalankan sesuatu hukum atas nama agama tetapi dengan keterangan dari guru dan ulama sahaja bukan dari Allah atau RasulNya.
Orang yang begini dinamakan salah jalan atau sesat kerana jalan yang sebenarnya ialah mengambil hukum dari kitab Allah dan sunnah RasulNya sebagaimana yang tersebut di keterangan ieyaka na’budu yang telah lalu.
Pelajaran yang kita dapat dari ayat itu :
Walaupun kita sudah yakin dengan kebenaran agama dan sudah tetap iman kita, tidak dinamakan kita berjalan di jalan yang lurus selagi belum kita kerjakan perintah-perintah Allah dan jauhi larangan-laranganNya menurut keterangan dari Allah dan RasulNya tidak dengan keterangan dari guru-guru dan ulama sahaja.
( Al-Hidayah, Pustaka Aman Press 1975 )
No comments:
Post a Comment